"Di rumah
tidak berpenghuni di jalan Mahesa, banyak isu-isu menyebutkan bahwa
rumah itu adalah rumah setan. Masyarakat yang lewat disitu selalu
terkena hal yang tidak baik. Jadi sampai sekarang sangat jarang manusia
yang lewat disitu. Rumah itu konon adalah peninggalan putra kerajaan
Belanda yang digunakan untuk menyiksa masyarakat. Peristiwa ini terjadi
ratusan tahun lalu, lihat itu sampai-sampai atapnya hampir tertutup oleh
akar pohon yang menjalar sangat besar. Lumut, sarang laba-laba, sepi,
gelap itu semua menambah aroma mistis disana. Ditambah lagi dengan
suara-suara aneh berteriak di banyak sudut,” Ujar Paiman dengan panjang
lebar kepada para peneliti setan.
Peneliti
setan mulai bergerak masuk menuju rumah itu. Lima orang itu belum
percaya perkataan seorang petugas kebersihan tadi sebelum membuktikan
sendiri. Lima orang peneliti setan sudah mempunyai bekal ilmu yang
sangat kuat. Tidak sembarang orang yang bisa ikut peneliti setan
tersebut, mereka ingin mempelajari ha-hal yang positif dari setan-setan
yang ada disana.
Lima orang
tersebut memiliki kemampuan dalam melukis setan-setan yang ada di
sekitarnya. Mereka hanya mengeluarkan alat lukis mereka untuk
mempelajari bagaimana kehidupan setan-setan tersebut. Tanpa waktu yang
lama mereka sudah menyelesaikan lukisannya. Ada yang menggambar
kuntilanak, tuyul, pocong, babi ngepet dan jelangkung. Mereka belum puas
sebelum membuktikan masuk ke dalam rumah itu. Mereka akhirnya sepakat
untuk masuk ke dalam rumah bersama.
Prok… prok… prok...
Hanya suara sepatu mereka yang terdengar. Sepi sunyi, tiba-tiba, piyarrr… Lukisan
berkaca pecah tanpa alasan. Mereka kembali melanjutkan perjalanan. Kursi
bergoyang, bayangan tidak berwujud, dan hal-hal aneh lainnya. Mereka
belum menemukan sesosokpun setan yang mereka lukis. Hari sudah
menandakan tengah malam, mereka istirahat di dekat pohon yang menjulang
tinggi.
Tiba-tiba
terdengar suara memanggil, “Hai, sedang apa kamu disini sampai malam
begini? Daerah ini terlarang. Ayo sana pergi!” bujuk Paiman agar segera
pergi. Setelah menunggu agak lama Paimanpun berlari ke arah belakang
rumah, tidak tau mengapa. Lima orang itu kemudian mengikutinya dari
belakang.
“Kok aneh
ya sikap Paiman si petugas kebersihan itu,” kata salah satu peneliti
setan. Dan ternyata Paiman tertangkap basah sedang melakukan ritual,
buktinya banyak sekali alat-alat seperti lilin, jelangkung, dan lain
sebagainya. Lima orang peneliti setan langsung menangkap Paiman dan
ingin menyelidiki tentangnya.
“Sedang apa kamu di situ?” tanya peneliti setan.
“A… a… anu.”
“Sudah.. Bapak santai saja kami tidak akan menyakiti Bapak kami hanya menyelidiki. Ayo, pak jujur saja!” kata peneliti setan.
Setelah
membujuk Paiman untuk berkata jujur, Paiman kemudian bicara. “Baik saya
mengakui tadi sedang melakukan ritual untuk mencari uang.”
“Dengan bantuan siapa bapak melakukan itu?” tanya peneliti setan.
“A… a… anu dengan tuyul, kuntilanak, pocong, babi ngepet, dan jelangkung,” kata Paiman dengan perasaan bersalah.
“Berarti benar dugaan kita mengenai penghuni rumah ini lewat lukisan kita.” Kata seorang peneliti setan.
“Ampun… saya berjanji tidak akan melakukan ini lagi.”
“Bapak berdoa saja kepada Tuhan, agar dosa Bapak diampuni.” Kemudian Paiman bertobat dan berlari kembali ke rumahnya.
Akhirnya
lima orang peneliti setan berhasil mendapatkan pelajaran setelah
mendapat keterangan dari Paiman. Mereka mempelajari lukisan mereka
sendiri-sendiri. Belajarlah dari kuntilanak, sesulit apapun hidup, tapi
selalu ingin tertawa. Belajarlah dari tuyul, masih kecil sudah biasa
cari uang sendiri. Belajarlah dari pocong, dari dulu pakaiannya itu-itu
saja, hidup sederhana. Belajarlah dari babi ngepet, kalau malam cuma
pakai lilin, hemat listrik. Belajarlah dari jelangkung, mandiri, datang
tak dijemput, pulang tak diantar.
Peneliti
setan sudah menyelesaikan misinya yaitu mempelajari hal-hal positif dari
para setan. Mereka juga berhasil menyadarkan Paiman petugas kebersihan
agar tidak melakukan hal yang sesat lagi. Mereka kemudian pulang kembali
ke markas peneliti setan.
0 komentar:
Posting Komentar